Flat Earth vs Globe Earth menurut Sains dan Al Quran

Thursday, September 1, 2016
Perseteruan antara pendukung bumi datar dan Bumi Bulat semakin sengit. Kritikan pendukung Flat Earth terhadap teori Globe Earth yang merupakan keyakinan mainstream mayoritas penduduk bumi membuat berang globe earther. Bantahan demi bantahan dilancarkan demi mempertahankan keyakinan masing-masing, mulai dari penjelasan yang diklaim ilmiah sampai yang justru sangat jauh dan bahkan bertolak belakang dengan dengan apa yang dinamakan ilmiah.
Dari sisi pendukung, komposisi pendukung bumi bulat lebih majemuk dibanding kelompok pendukug bumi datar. Teori bumi bulat didukung baik oleh para atheis, agnostik, sekuler dan teologis meskipun dua kelompok terakhir merupakan pendukung mayoritas dalam kelompok pendukung bumi bulat. Sementara pendukung bumi datar umumnya adalah orang-orang yang sangat mempercayai adanya Tuhan dan juga campur tangan Tuhan dalam kehidupan termasuk keyakinan tidak bulat nya bumi menurut klaim agama dan akal sehat, meskipun agama mereka berbeda-beda. Ini memang hal menarik tatkala agama yang berbeda-beda itu sama-sama mengklaim bahwa Tuhan menciptakan bumi ini datar dan sebagaimana yang kita lihat dan kita rasakan.
Tetapi anehnya, kelompok pendukung bumi bulat dari kalangan agamis juga mengklaim bahwa bumi ini bulat berdasarkan agama, setidaknya mereka memprotes bahwa kelompok agama telah menerjemahkan ayat-ayat Tuhan secara letter lex dan salah dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut. Karenanya tidak jarang para pendukung ini memaki pendukung bumi datar sebagai orang yang bodoh dan anti ilmu pengetahuan bahkan tidak tanggung-tanggung dijuluki sebagai kelompok sesat dan menyesatkan, meskipun pada kenyataanya julukan-julukan itu hanyalah umpatan tidak benar.
Terlepas dari ketidak setujuan pendukung bumi bulat, kitab suci beberapa agama secara ketter lex memang menggambarkan bahwa bumi kita ini datar. Langit adalah atap bumi dan angkasa adalah ruang antara langit dan bumi. Tidak ada planet, bintang adalah bintang dan matahari adalah matahari. Matahari bukan bintang yang berpijar sebagaimana yg dijelaskan pada solar system. Matahari dan Bulan adalah benda yang melayang pada ruang (space) yang diciptakan sebagai pelita dan cahaya bagi Bumi.
Benarkah demikian? Pertanyaan ini menggelitik siapapun yang meyakini agama. Untuk mengetahui benar tidaknya mari kita melakukan perbandingan.  Tetapi untuk mempersempit bahasan dan dikarenakan saya Muslim, maka saya akan membahas fenomena ini dari perspektif Al Quran. Pendapat pendukung Flat Earth yang mencari pembenaran dari Al Quran dibantah oleh para pendukung Bumi bulat dengan sanggahan bahwa teori bumi Bulat adalah teori yang didasari oleh SAINS Modern yang menurut mereka sejalan dengan Al Quran. Hal ini memang membingungkan bagaimana Alquran menjadi Paradox bagi dua kelompok itu?
Kelompok pendukung Bumi Bulat kelompok agamis muslim mengklain bahwa SAINS itu pasti sejalan dengan Al Quran. Makanya jangan heran jika mereka banyak melemparkan jargon SAINS dalam perdebatan-perdebatan sebagai senjata yang mereka harapkan dapat melumpuhkan lawan. SAINS bagi mereka adalah sesuatu yang pasti benar, tidak mungkin tidak. Harus diterima bahkan celaka dan sangat bodoh jika kita menolaknya. Mereka seolah beranggapan bahwa SAINS itu saudara kembar Al Quran. Al Quran adalah apa yang tertulis sementara SAINS apa yang mebuktikan. Karena itu SAINS pasti sesuai dengan Al Quran. Tidak bisa tidak. Harus diterima dan Pasti Sesuai dengan Al Quran. Al Quran sudah membenarkan fakta SAINS bahkan 1400 tahun yang lalu. Makanya SAINS pasti benar. Karena itu wajar jika para pendukung bumi datar akan dikatakan anti SAINS dan tidak memahami Al Quran. Benarkah SAINS tidak akan salah?
Untuk itu, percuma saja berdebat apakah bumi ini datar atau bulat karena ini akan menjadi debat kusir. maka sangat penting bagi kita untuk memverifikasi apakah benar SAINS itu selalu sesuai dengan Al Quran. Sejujurnya, ini merupakan ujian yang bisa saja menguntungkan pendukung bumi bulat tetapi sebaliknya cara ini juga bisa meruntuhkan keyakinan bumi Bulat berdasarkan pandangan Al Quran. Mari kita lihat dan kita ajukan beberapa pertanyaan kepada SAINS dan Al Quran.


Apakah Alam itu?

SAINS melalui teorinya Solar Systemnya mengatakan bahwa alam atau universe atau Jagad Raya adalah sebuah Ruang (Space) yang sangat besar, tanpa batas dan terus berkembang dimana bumi yang kita tinggali ini adalah bagian yg sangat sangat kecil diantara besar dan luasnya jagad raya. Bumi kita adalah salah satu daru benda-benda yang berenang atau melayang-layang di ruang termasuk, Matahari, Bulan, Planet dan Bintang-Bintang. Bumi bersama beberapa Planet mengitari matahari dan Matahari adalah bintang besar yang berpijar. Dan seterusnya sebagaimana sering kita dengar dalam teori solar system.
Al Quran mengatakan bahwa Alam ini adalah apa saja yang ada dilangit, di Bumi dan apa yang ada diantara keduanya. Yang ada diantara keduanya adalah ruang (Space). Langit dan Bumi adalah batasan Alam sementara Ruang atau space dibatasi Oleh Langit dan Bumi. Dan ini sesuai dengan firman Allah bahwa Allah, dialah penguasa langit dan bumi, dan Apa saja yang ada diantara keduanya. Apa saja yang berada diantara keduanya? Yang ada diantara keduanya adalah Ruang dimana terdapat Bulan, Matahari dan Bintang-bintang.
Ruang Lingkup Alam

Solar system mengatakan bahwa universe atau alam ini adalah ruang yang sangat luas dan terus mengembang. Dengan kata lain bahwa alam yang berupa ruang ini tidak terbatas. Apa saja diluar bumi, matahari, bulan, bintang-bintang dan sebagainya adalah ruang.
Sementara Al Quran mengatakan bahwa batasan Alam adalah langit dan Bumi. Ruang (Space) dalam Al Quran berada antara langit dan Bumi. Langit bukan Ruang, justru langit adalah batas atas ruang sementara bumi adalah batas bawah ruang. Ini sesuai dengan firman allah bahwa kekuasaan Allah meliputi Langit dan Bumi, hal ini menunjukan Langi dan Bumi adalah batasan Alam.
kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu.(Al-Imran:189)
Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allah-lah kembali (semua makhluk) (Nur:42)
Langit dalam Solar System hanya merupakan tingkatan perbedaan sifat dari kandungan-kandung zat pada ruang (Space) Seperti Pprotosfir, Stratosfir, Ozonosfir, Mesosfir, Termosfir, Ionosfir dan Eksosfir. Dengan kata lain Ruang adalah Langit itu sendiri tetapi berlafis-lafis. Ruang itu tak ada batas sangat luas dan terus mengembang entah Dalam Al Quran langit dan ruang adalah sesuatu yang jelas berbeda. Hitungan tujuh lapis langit justru dihitung dari ujuang ruang bagian atas dimana diletakkan bintang-bintang bahkan a Al Quran menjelaskan bahwa Seperti Bumi di langit pun terdapat kehidupan dan ini akan dibahas dalam bagian langit dan bumi sebagai sesuatu yang identik. Singkatnya, Ruang itu ada karena ada pemisahan Langit dan Bumi.

Kronologi terjadinya Alam

SAINS (Solar System) Mengatakan bahwa Alam terjadi karena ledakan atau kecelakaan kosmis, sementara Al Quran mengatakan bahwa Alam terjadi karena kesengajaan yang direncanakan.
Sains mengatakan awal mula ledakan terjadai karena adanya titik kecil yang memiliki suhu tinggi. Dengan ledakan terciptalan alam yang kompleks termasuk mahluk hidup didalamnya yang sangat sempurna. Sementara Al Quran mengatakan Alam ini terjadi karena Allah menghendakinya. Asal muasal alam adalah diciptakanya langit dan bumi yang sebelumnya padu atau menyatu. Kemudian atas kehendak dan kekuasaan Allah langit dan Bumi dipisahkan. Dan seterusnya dan seterusnya sampai adanya mahluk hidup
Benda-benda di Ruang (Space)
Solar System mengatakan bahwa Bumi. Matahari, Bulan, Bintang –Bintang adalah benda-benda yang berada di ruang (SPACE) dan ini jelas sekali bertolak belakang dengan AL Quran yang mengatakan benda-bendar di ruang hanyalah Bulan, Matahari dan Bintang-bintang. Coba anda renungkan bagaiaman kronologis penciptaan berdasarkan Al Quran. Al Quran mengatakan, ruang (SPACE) ada karena adanya pemisahan langit dan Bumi. Tidak ada Ruang (SPACE) jika tidak ada Pemisahan Langit dan Bumi dan ini ketergantungan atau sebab akibat yang benar. Jika Ruang (Space) itu ada karena adanya pemisahan langit dan Bumi maka sangat janggal jika bumi dikatakan benda atau ciptaan Tuhan yang berada d Ruang (Space).
Bumi itu identik dengan Langit disamping ada juga perbedaanya sebagaimana kesamaan dan perbedaan laki-laki dan perempuan yang berasal dari diri yang satu. Langit dan Bumi sebelumnya adalah sesuatu yang padu. Langit diciptakan tujuh lapis begitu pula Bumi. Dilangit dikatakan ada kehidupan begitu pula di Bumi. Surga itu dikatakan seluas Langit dan Bumi menunjukan bahwa luas langit dan Bumi itu sebanding setidaknya bisa dibandingkan ketimbang dengan ciptaan Allah yang lainya.
Langit dikatakan Atap bagi Bumi, sementara antara langit dan bumi (diantara keduanya) terdapat Ruang dan diruang itulah diciptakan Bulan, Matahari dan Bintang-Bintang. Jadi, jika menggunakan logika Al Quran tidak logis mengtakan bahwa Bumi adalah benda yang berada di Ruang (Space).
Apakah Matahari merupakan benda diputari oleh bumi dan Planet-planet lainya? Dalam logika Al Quran pertanyaan ini menjadi absurd karena Bumi tidak berada di Ruang, jadi tidak mungkin bumi mengitari matahari. Ingat ini menurut logika AL Quran dan dilihat dari kronologi penciptaan alam. Silahkan anda check sendiri dalam Al Quran.

Apakah Matahari lebih besar dari Bumi?

Sebagaimana yang kita tau, solar system mengatakan Matahari jauh lebih besar dari Bumi. Berdasarkan kronologi Al Quran hal ini juga menjadi tidak mungkin. Kronologi menjelaskan urutan berdasarkan tingkat kerumitan, besar kecil dan urutan peran dalam arti mana yang menjadi peran khusus dan mana yang berperan sebagai pelengkap.
Langit dan Bumi adalah sesuatu yang paling besar, sebaliknya Bulan, Matahari dan Bintang-Bintang lebih kecil dari Langit dan Bumi. Penyebutan penciptaan langit dan bumi dalam 6 hari (masa) menunjukan bahwa Langit dan Bumi merupakan kekhususan yang menjelaskan tingkat kerumitan penciptaan Langit dan Bumi dibanding penciptaan Bulan, Matahari dan Bintang-Bintang yang diciptakan kemudian tanpa disebutkan waktu penciptaanya. Dengan kata lain penciptaan Bulan, Matahari dan Bintang-Bintang jauh lebih mudah dan tidak memerlukan waktu yang berarti.
Dari urain diatas saya rasa sudah cukup bagi kita untuk mengetahui bahwa sesungguhnya terdapat banyak perbedaan pandangan antara Solar System yang mewakili SAINS dan Al Quran. Bagaimana sikap anda? Apakah anda tetap ingin mengatakan bahwa SAIN pasti tidak bertentagan dengan Al Quran? Dalam cara bagaimana lagi?
Terkait dengan fakta berbedanya SAINS dan Al Quran dalam memandang Alam ini, maka peryataan yang benar dari dua premise yang bertolak belakang tersebut adalah, SAINS dikatakan benar jika dan hanya Jika Al Quran harus dilempar. Sebaliknya Al Quran dikatakan benar jika dan hanya jika SAINS harus dilempar. Tidak mungkin kita mengatakan kedua-duanya sejalan kecuali kita mengalami gangguan jiwa. Dan sebagai muslim saya katakan, Al Quran yang benar dan artinya pendapat SAINS harus saya lempar. Bagaimana dengan anda? Ingat SAINS adalah usaha terbaik manusia. Manusia bukan Tuhan dan tidak terhindar dari kesalahan.
Karena saya memilih Al Quran, maka saya mengikuti penjelasan Al Quran dan itu artinya saya mendukung teori Flat Earth yang ternyata justru berkesesuai dengan Al Quran dalam hal Bumi justru jauh lebih besar dari Matahari dan Mataharilah yang bergerak mengelilingi Bumi. Bumi bukan planet, Matahari adalah Matahari Bintang adalah Bintang. Mathari Bukan Bintang yang berpijar. Apakah ada Planet? Allahu a’lam. Mungkin saja sebagai bagian dari apasaja yang Allah ciptakan diantara Langit dan Bumi. Tetapi ingat bumi bukan Planet dan Planet pasti jauh lebih kecil dari Bumi, Bulan, Bintang dan Matahari dan ini sesuai dengan kronologi penciptaan berdasarkan ukuran jadi tidak mungkin ada planet yang berukuran jauh lebih besar dari bumi sebagaimana Planet Jupiter yang diyakini oleh teori Solar System yang mewakili SAINS.
Akhirnya saya himbau kepada para muslim yang sangat kagum dan sudah kadung terperdaya kepada SAINS untuk sadar bahw tolak ukur kita sebagai umat Islam adalah Al Quran dan Al Quran bukan lah SAINS. SAINS hanyalah usaha terbaik dari pemikiran manusia yang bercampur baur anta pemikiran orang-orang yg menolak Tuhan, Agnostik dan orang-oranng yang mempercayai Tuhan. Tidak ada jaminan kebenaran di dalamnya. Tolong logika ini jangan dibalik dan jangan keburu nafsu untuk membenarkan SAINS berdasarkan Al Quran.
Apakah kita harus anti SAINS. Tentu tidak begitu. Katakanlah yang benar-itu benar dan yang salah itu salah dan kita memohon agar Allah azza wa jalla selalu membukakan hari dan pandangan kita agar dapat meilhat yang benar-benar itu benar dan yang benar-benar salah itu Salah.
Memahami perbedaan yang mencollok antara SAINS dan Al Quran jelas bahwa Al Quran sulit difahami ketika kita berpikir menggunakan SAINS sebagai standard logika kebenaran kita. Pesan-pesan Al Quran tentang Tuhan yang menghamparkan Bumi, tentang Matahari dan Bulan yang berjalan di atas Bumi menjadi sesuatu yang sulit dicerna, padahal itulah maksud yang paling logis dan memusakan akal sehat. Ketika Tuhan mengatakan bahwa Matahari diciptakan sebagai penerang, maka itu berarti tugas Matahari adalah menyinari bumi dan ini mennjukan tidak perlunya bagi Bumi untuk mengejar matahari untuk mendapatkan sinarnya.
Read more »

Benarkah Permukaan Air Laut Melengkung?

Tuesday, August 30, 2016
Sebelum saya mempertanyakan kebenaran melengkungnya air laut,  saya ingin melontarkan pertanyaan mengapa air laut tidak tumpah keluar angkasa? Bagi saya ini pertanyaan yang absurd karena tidak mungkin air tumpah ke angkasa karena pada dunia nyata, tidak ada sesuatu  yang jatuh ke angkasa. Tetapi untuk mempermudah pembahasan ini maka anggap saja air laut mungkin saja tumpah ke angkasa jika tidak adanya grafitiasi sebagaimana yang kita sering dengar.
Kalau anda juga termasuk orang yang mengajukan pertanyaan ini, mereka, para ahli fisika akan menjawab bahwa penyebab air laut tidak tumpah ke angkasa adalah Gravitasi. Kemudian, mereka, para ahli fisika akan meminta anda membayangkan air yang berada di dalam gelas dan mengajukan bertanya retori kepada anda. Mengapa air dalam gelas tidak tumpah?
Air dalam gelas tidak tumpah karena adanya gaya grafitasi dan juga adanya pembatas atau wadah yang membuat air tidak tumpah atau melayang. Hal yang sama terjadi untuk air laut. Bumi kita bulat dan berlapis-lapis. Di permukaan Bumi terdapat lapisan kerak Bumi (litosfer) yang tebalnya antara 0 - 100 km (sangat kecil dibandingkan dengan jari-jari Bumi yang sekitar 6.400 km). Kerak Bumi kita terdiri atas daratan dan lautan. Daratan itu seperti dinding gelas yang mewadahi air laut, mencegah air laut tidak tumpah. Air laut ini sendiri mendapat tarikan gravitasi dari lapisan di bagian dalam Bumi (lapisan selubung dan lapisan inti).
Apakah anda mengerti? Sekilas jawabanya memang ilmiah. Tetapi sejujurnya sangat sulit dicerna apa lagi dalam logika orang awam. Padahal menurut saya, kebenaran dan kepastian itu sesuatu yang mudah dicerna dan diterima akal sehat kita.
Air di gelas tidak tumpah karena memang terjaga oleh wadah gelas itu memang benar,  tetapi mesti di-ingat bahwa gelas sungguh tidak sama dengan Bumi. Air di dalam gelas tidak tumpah ketika gelas diletakan sebagaimana mestinya. Tetapi ketika gelas dibalik maka air akan tumpah. Pertanyaanya, apakah ini juga karena grafitasi?
Tunggu dulu. Sebelum anda membalikan gelas, cobalah anda sentak gelas tersebut ke atas sedikit. Apa yang terjadi? Tergantung berapa kuat sentakan anda, beberapa bagian air akan terbang (muncrat) ke atas. Mengapa air muncrat ke atas? Dimana grafitasi? Bukankah tenaga yang anda keluarkan saat menghentakkan gelas tidak sebanding dengan gaya gravitasi bumi yang konon dapat mempengaruhi pergerakan Bulan?
Baik, lupakan sejenak masalah grafitasi. Anggap saja benar bahwa air laut yang tidak tumpah ke angkas itu dikarenakan grafitasi Bumi. Tetapi apakah efek grafitasi itu juga membuat air laut mengikuti bidang bumi yang bulat?
Satu keanehan akan menimbulkan keanehan lain. Salah satu konsekwensi mengatakan bumi ini bulat adalah menyatakan bahwa permukaan air lautpun melengkung mengikuti lengkungan bumi. Alasan ini adalah alasan wajib karena jika permukaan air rata artinya bumi ini tidak bulat. Mungkin segi empat, poligon atau apalah bentuknya.
Sebenarnya melengkungnya air laut jelas-jelas menyalahi sifat air itu sendiri yang selalu membentuk bidang horizontal. Dimanapun kita akan melihat bahwa permukaan air selalu rata (horizontal) dimanapun ia ditempatkan dan ini adalah salah satu dari sifat air. Coba anda masukan air ke dalam Aquarium yang memiliki permukaan melengkung, apakah permukaan air akan ikut melengkung? Atau masukan air pawa wadah apapun yang anda inginkan, lalu miringkan wadah tersebut, apa yang terjadi?  Tentu anda tau jawabanya dan itulah sifat air.
Lalu bagaimana air laut bisa melengkung mengikuti bentuk bumi yang melengkung?Apakah grafitasi membuat air menjadi melengkung? Jika air laut melengkung karena grafitasi maka air dalam aquarium pun seharusnya melengkung karena gaya grafitasi bumi.
Mungkin pakar Fisika itu akan tertawa. Lengkungan akan terjadi dalam jarak dan area tertentu dan ini tidak akan terjadi pada Aquarium sebesar kolam renang sekalipun. Baiklah mungkin pakar Fisika itu benar dan artinya Hukum Sifat Air juga gugur.
Tentu sang Fisikawan akan membuka catatan teorinya. Berdasarkan teori bumi Bulat, bahwa setiap kolam, danau, rawa, kanal dan apapun yang dapat menampung air yang besar, maka setiapa bidangnya akan terdapat lengkungan ke bawah dari titik pusat. Sebagai contoh, menurut NASA dan pakar astronom modern, Jika, diamter Bumi adalah 25.000 mil atau 40.234 Km (konversi ini saya gunakan standard mil biasa, bukan mil laut). Maka berdasarkan perhitungan Trigonometri versi teori Bumi bulat, permukaan air akan membentuk lengkungan 8 inchi setiap mil nya dikali dengan kwadrat jarak . Ini berarti sepanjang saluran 6 mil, permukaan air akan menukik atau menurun sebanyak 6 kaki pada kedua ujungnya dari titik pusat. Benarkah? Di Cambridge, Inggris ada sebuah kanal sepanjang 20 mil (32 Km) yang disebut Old Bedford yang mengalir lurus melalui Fenlands yang dikenal sebagai Level Bedford.  Air tersebut mengalir dengan tenang dan tidak ada gangguan yang menyebabkan air itu beriak atau bergelombang baik karena disebabkan oleh pintu-pintu air atau aliran-aliran sungai kecil lainya. Faktanya, air itu mengalir tenang dan membentuk permukaan horizontal dan ini salah satu bukti dari bukti lainya yang membantah bahwa lengkungan permukaan air mengikuti bentuk bumi yang bulat. Tentu saja sekaligus membantah imajinasi bumi berbentuk bulat
Kembali pada penjelasan ahli fisika terkait air yang tidak tumpah dalam gelas, mereka, para pakar fisika seharusnya jangan cuma pintar menghitung rumus-rumus diatas kertas. dan beretorika dengan penjelasan-penjelasan yang absurd. Jika grafitasi memang ada dan kongkrit, seharusnya para ilmuwan dapat membuat artificial grafitasi dan sekaligus antigravitasi yang dengan cara inilah dapat dilakukan eksperimen membuat modeling atau replika bumi yang memiliki grafitasi buatan dan tidak terpengaruh oleh grafitasi bumi yang sesungguhnya. Dengan demikian pembuktian atas melengkunnya air pada replikasi bumi dapat dibuktikan.
Puluhan Tahun Amerika melalui NASA mengklaim telah mencapai Bulan dan bukankah ruang antigrafitas yang memungkinkan para astronot berlatih mengambang diudara seharusnya menjadi langkah cerdas untuk menuju pembuktian ini? Atau jangan-jangan semua itu hanya propaganda yang sengaja diciptakan di studio Hollywood?
Read more »

Benarkah sholat kita menghadap ke ka'bah

Monday, August 29, 2016

Menurut ilmuwan yang meyakini bahwa bumi kita ini bulat, setiap jarak sekian 6,4 km akan terjadi lengkungan sebesar 3,2 meter.  Sekarang bayangkan Anda berdiri menghadapa ka’bah dari jarak 12,8 Km dimana akan terjadi lengkungan sebesar 6,4 meter. Dengan lengkungan sebesar 6,4 meter tentu saja pandangan andapun otomatis naik (mendongak) sebesar 6,4 meter pula yang berarti anda tidak lagi mengarah ke ka’bah melainkan mengarah ke langit.

Tentu saja penyebab anda tidak dapat menghadap ka'bah bukan disebabkan adanya halangan gunung-gunung tinggi melainkan posisi anda yang memang tidak memungkinkan menghadap ke ka'bah akibat adanya lengkungan bumi. Dalam Bumi bulat, meskinpun posisi anda apakah berdiri atau sujud seperti pada gambar di atas merupakan keadaan lazim dan dianggap menghadap Qi'blat meskipun pada kenyataanya tidak. Anggapan ini muskil menurut akal sehat kita. Saking muskilnya, Anda bahkan tidak merasakan bahwa sebenarnya anda sedang suzud ditengah perputaran bumi yang berputar pesat 1.6.000 km/jam sambil bergerak mengelilingi matahari. Demikianlah hidup pada bumi yang berbentuk bulat, semakin muskilnya sesuatu maka semakin dianggap normal. Sebaliknya sesuatu yang lebih mudah dicerna dan diterima akal sehat kita dianggap abnormal.


Anda bisa renungkan gambar di atas. Anda tidak punya alasan untuk menyalahkan posisi sujud Mr. B karena keduanya dianggap menghadapa ke Qi'blat. Masalah ini kelihatan simple. Kejadian ini persis terjadi pada masjid di suriname yang dibangun oleh orang-orang keturunan Indonesia, dimana ada dua mesjid berhadapan tetapi saling membelakangi. Yang pertama menghadap ke Barat dan yang kedua menghadap ke Timur. Masjid yang pertama dibangun oleh kelompok pertama yang notabene adalah orang-orang tua yang masih mengikuti kebiasaan generasi pertama yang membawa ajaran tetuanya dari jawa bahwa arah shalat adalah menghadap ke Barat. Jika mereka berada dikampung halamanya memang ini cenderung benar. Sementara Masjid yang menghadap ke timur adalah masjid yang dibangun oleh generasi muda yang telah meninggalkan keyakinan leluhurnya yang secara logis meyakin posisi ki'blat dimana mereka membangun masjid adalah kebetulan mengarah ke arah Timur.
Coba anda amati, bayangkan dan renungkan. Kemudian dengan keyakinan anda bahwa Bumi ini berbentuk bulat, jawab dengan jujur benarkah anda yang tinggal jauh dari Ka'bah bisa mengarahkan pandangan ke ka'bah? Benarkah selama ini anda shalat ke arah ka'bah? Tentu saja anda tak perlu khawatir, karena Bumi ini memang tidak Bulat dan kita benar-benar shalat mengarah ke Ka’bah.

Menghadap ke ka'bah dapat dilakukan jika dan hanya jika bumi ini datar. Tidak masalah anda berada sangat jauh dari ka'bah. Tidak masalah anda berada diketinggian yang berbeda, Tidak masalah pandangan anda terhalang gedung-gedung tinggi atau gunung-gunung, Tidak masalah pandangan anda terhalang oleh keterbatasan pandangan manusia, tetapi muka dan atau seluruh anggota badan anda mengarah tepat ke arah ka'bah.
Read more »